Jadi
ceritanya waktu masih SMA ada tugas untuk membuat cerita yg nantinya akan di
novelkan sekelas (satu novel karya anak-anak kelas dengan cerita
masing-masing). Banyak dari teman saya memilih menuliskan tentang kisah cinta
mereka, karena saya waktu itu tidak memiliki kisah cinta menarik akhirnya saya
putuskan untuk untuk meggunakan pengalaman adventure ini :D soalnya dulu waktu
SD pernah jadi cerita terbaik di kelas wkwkwk.
Enjoy
Your Reading......

Hari minggu, dibawah sinar mentari yang seakan menatap tajam padaku, ku bermain bersama kawan-kawan tersayangku. Ditengah ilalang yang bergoyang bagai menari karena diterpa angin, bersama dua kawan perempuan dan seorang kawan lelaki seperti halnya anak-anak 9 berusia 9 tahun lainnya, kami memainkan suatu permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak karena melihat suatu hal yang akan mereka lakukan dimasa depan dan menjadikan mereka ingin melakukannya.
Di tengah lapangan luas di belakang rumah, burung-burung berkicau seolah bernyanyi mengiringi langkah kami. Membawa setangkai daun pisang yang besar dan lebar, kutuntun dan kupayungi kawan lelaki dan seorang kawan perempuan, ya itulah yang kami lakukan. Setelah melihat pasangan pengantin yang bahagia berjalan di tengah kerumunan para tamu undangan serta diikuti oleh para anak-anak yang berpenampilan menarik seakan-akan terlihat seperti Raja dan Ratu, diusia kami yang masih belia melihat hal itu membuat kami ingin melakukannya dimasa depan. Kami berempat berjalan di atas rumput basah karena embun, mengitari lapangan yang luas dengan penuh suasana pedesaan. Seperti pengantin kecil, kami melangkah perlahan mengitari luasnya lapangan. Di tengah suasana yang kami nikmati, kami mendengar suara berisik dan lonceng yang berbunyi “Ting..ting..ting…”. Kami mencari asal suara lonceng berbunyi nyaring itu. Ditambah dengan angin yang menerpa dan suara ilalang yang gemerisik lonceng itu terdengar semakin keras. Saat kami berbalik arah dan melihat apa yang terjadi, kami terkejut serta ternganga melihat seekor anak sapi berwarna putih dengan lonceng dilehernya berlari menuju kearah kami.
Dengan hati penuh kecemasan dan rasa takut yang berlebihan, ku bersama kawan-kawan berlari menerjang apapun yang berada di depan kami. Suasana saat itu hampir tengah hari, matahari terlihat semakin dekat dengan kami. Tanpa disengaja kami terpisah dan berlari menuju arah yang saling berlawanan. Aku berlari bersama kakak kandung perempuanku, sambil bergandengan tangan dalam hatiku pun berkata “kapan ini berakhir…?”. Kumelihat arah dibalikku, terlihat seekor anak sapi itu mengamuk dan merobohkan apapun didekatnya. Keringat mulai bercucuran dibadanku, ditambah dengan panasnya udara keringatku bercucuran semakin deras, aku dan kakakku terus berlari tanpa tujuan.

Sinar mentari semakin panas, nafasku tersenggal-senggal, anak sapi itu telah membuat tenagaku habis, aku dan kakakku terus berlari dan anak sapi itu kian mendekat kearah kami, membuat kami ketakutan. Aku mulai berfikir dan bersembunyi di balik ilalang, anak sapi itu mengamuk kesana-kemari seakan-akan mencari keberadaan kami, entah apa yang terjadi pada anak sapi itu sehingga membuatnya mengamuk. Di balik ilalang ku melihat teman perempuan kami terlihat sangat ketakutan, wajahnya terlihat ingin di kasihani, anak sapi mulai mengejarnya tanpa berfikir panjang melihat ada sebatang pohon keres di depannya ia pun langsung naik hingga kepuncak pohon, anak sapi itu menunggu di bawah pohon dan membenturkan kepalanya kebatang pohon berulang kali hingga temanku menangis sangat ketakutan, hal itu membuatnya berpegangan erat pada ranting pohon. Melihat kejadian itu aku dan kakakku tertawa terpingkal-pingkal, tapi sayang suara keras kami membuat anak sapi itu berpaling mengajar kami. Aku dan kakaku pun spontan berlari “Ayo lari…!!!” Terdengar suara lirih kakakku. Sapi itu mengejar kami dengan langkahnya yang cepat, tanpa berfikir terlebih dahulu aku dan kakakku berlari ke semak-semak di dekat empang yang penuh dengan lumpur setinggi di atas mata kaki orang dewasa dan di penuhi berbagai macam mahluk hidup serta kotoran-kotoran binatang. Melihat anak sapi yang ingin menerkam kami aku dan kakaku bingung untuk melakukan apa, kami terjebak di semak-semak itu, aku dan kakakku saling menatap satu sama lain, anak sapi itu masih berlari kesana-kemari. Saat ku menengok ke belakang ku melihat anak sapi itu berlari menuju kearah kami,dengan paniknya aku mengajak kakakku berlari melewati empang “cepet, ayo nyebrang, ayo..ayo..!” ku teriaki kakakku terus menerus.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar